SBY yang sedang belepotan dengan
ambruknya popularitas Partai Demokrat merasa perlu mengeluarkan
pernyataan yang heboh. Sesuai dengan nasihat tim komunikasi kepresidenan
yang dipimpin oleh Fox Indonesia, SBY harus melakukan serangan frontal
ke partai-partai lain. Kalau selama ini yang digunakan sebagai corong
adalah Ahmad Mubarok, Ruhut Sitompul, Saan Mustopa, bahkan Marzuki Alie,
kini Fox Indonesia menilai teriakan orang-orang itu tidak efektif
mendongkrak popularitas Partai Demokrat. Justru karena teknik komunikasi
publik mereka termasuk kelas zaman dulu yang dimodifikasi menjadi
seolah modern, maka rakyat menjadi antipati.
Apa latar belakangnya tiba-tiba SBY
berani melawan Aburizal Bakrie? Perhitungan SBY rupanya adalah
perhitungan waktu yang tinggal setahun menuju pemlihan umum legislative
dan pemilu presiden setelahnya. Serangan SBY ini sebagai pengingat akan
kebiadaban Lapindo yang telah ditetapkan sebagai bencana dan Lapindo
tidak bersalah. Berkenaan dengan kewajiban Lapindo membayar ganti rugi
Rp. 800 milyar tersebut sebenarnya bukan urusan SBY.
Namun SBY memiliki kewajiban untuk
membuat nama buruk secara politis terhadap Golkar. Perhitungan untuk
memerketuh Satgas Partai Koalisi juga tidak penting dan jelas tidak akan
ditanggapi oleh Bambang Soesatyo. Apa yang disampaikan oleh SBY terkait
ganti rugi Lapindo bukanlah urusan SBY dan negara. SBY bukan juga CEO
Lapindo.
SBY dikipasi oleh Fox Indonesia bahwa
elektabilitas Golkar tertinggi dengan lebih dari 20 persen sementara
Partai Demokrat terpuruk pada angka 8 persen. Dan pengamat maupun
manusia manapun tahu bahwa elektabilitas Golkar jangan dibiarkan
melenggang sendiri sementara PD tertinggal. Namun, SBY tak akan mampu
menurunkan elektabilitas Golkar dan PDIP yang tengah menyusun kekuatan
secara masif. Sementara PD justru tengah dilanda prahara. Maka tindakan
pengalihan dan serangan terhadap Golkar ini tak akan membuahkan hasil
apa-apa kecuali kejengkelan Golkar.
Jika Golkar marah, kasus Anas
Urbaningrum akan digeret ke arah tali jeratan terhadap pejabat partai
baik yang rendah maupun yang tinggi. Pengaruh Golkar di seluruh sisi
pemerintahan dan lembaga negara apapun, yudikatif, eksekutif dan
legislatif tetap sangat dominan. Maka sindiran dan singgungan SBY
terhadap Lapindo adalah tindakan gegabah. SBY melakukan politik
pencitraan kuno - untuk mengalihkan issue di rumah sendiri, maka
menyerang dan mengalihkan asap ke rumah tetangga belum tentu berhasil.
Sekarang orang bisa mengenali mana emas, mana sampah.
Dan, dengan pencitraan apapun rakyat
telah tahu mana omongan yang tulus, bicara bohong, gaya bahasa macam
apapun akan dikenali oleh rakyat paling bodoh sekalipun. Fox Indonesia
sudah kalah oleh LSI-nya Muzani atau apapun yang dikerjakan oleh LSM
level kecamatan. Dan, omongan SBY tentang tanggung jawab dunia akhirat
adalah omongan semacam pepesan kosong: SBY harus menyampaikan kepada
para kader dan koruptor atau calon koruptor di dalam partai demokrat
agar tak melakukan korupsi.
No comments:
Post a Comment