Pages

Sunday 24 February 2013

POLITIK INDONESIA MAKIN MENGGELITIK.


Yusril Ingatkan Potensi Krisis Konstitusional

JAKARTA--Mantan Mensesneg Profesor Yusril Ihza Mahendra menyatakan, dirinya pernah mengungkap dalam sebuah tulisan, jika KPU gagal menyelenggarakan Pemilu maka potensi terjadinya krisis konstitusional di negara ini sangat besar.

"Jika terjadi krisis konstitusional yang hebat, maka presiden berdasarkan “noodstaatsrecht”, yakni Presiden menggunakan hukum negara dalam darurat. presiden bisa mengeluarkan dekrit perpanjangan masa jabatannya. Itu cara di luar konstitusi. Sukarno mengggunakannya tahun 1959," ungkap Yusril kepada Tribun, Minggu (17/2/2013).
Langkah Presiden, ujarnya, biasanya didahului dengan pernyataan darurat sipil maupun militer, tergantung keadaannya. Itulah revolusi hukum yang berawal dari staatsnoodrechts dan noodstaatsrecht. Dekrit pada dasarnya adalah “revolusi hukum” bukan noodstaatsrecht. "Saya berbeda pendapat dengan Prof. Djokosutono," katanya.

Dalam keadaan darurat, yang memegang kendali kekuasaan adalah presiden. Presiden bisa berbuat apa saja dengan alasan untuk menyelamatkan bangsa dan negara. Kalau darurat militer yang diberlakukan, Yusril mengingatkan, maka kendali kekuasaan negara berada di tangan Panglima TNI.

Hal yang diungkap Yusril, beberapa hal yang patut direnungkan jika terjadi krisis konstitusional di negara ini. MPR yang mengamandemen UUD 1945, menurutnya, tidak memikirkan bahwa perubahan yang mereka lakukan, bisa menimbulkan krisis konstitusional," ujarnya.

"Saya cintai negara ini dengan sepenuh hati. Saya tahu akan ada masalah besar seperti krisisis konstittusional, yang tidak banyak orang memikirkannya. Tahun 1998 saya yakinkan Presiden Suharto agar mundur konstitusional. Kalau tidak, mungkin bangsa ini perang saudara waktu itu. Padahal, pada tahun 1998, banyak orang memaki saya ketika menyarankan bagaimana cara presiden berhenti, dan presiden mengikuti saran saya," tambahnya.

Namun, kata Yusril, waktu jualah yang akhirnya menjadi hakim sejarah apakah suatu langkah itu benar atau tidak. "Semoga kita tidak lupa kepada sejarah," Yusril mengingatkan.

No comments:

Post a Comment