Pages

Saturday 2 March 2013

Relung Anak Bangsa : Suksesi GO OJEK

Sebagai pusat pemerintahan dan juga pusat bisnis tidak heran jika Jakarta menjadi kota untuk mencari nafkah. Tingginya daya tarik Jakarta membuat daerah ini mengalami lonjakan penduduk tiap tahunnya.
Konsekuensi dari hal tersebut, kota semakin penuh dan menimbulkan banyak masalah. Salah satunya kemacetan yang seolah sudah menjadi ciri khas Jakarta.

 Tapi, di balik kemacetan yang menjadi momok penduduk kota, ternyata membawa berkah tersendiri bagi segelintir orang untuk menjadikannya peluang usaha. Nadiem Makrim merasakan berkah dari kemacetan karena jeli melihat peluang dari kondisi tersebut.

GO-Jek adalah jasa ojek professional terbesar di Jakarta. Perusahaan ini merupakan bentuk kerja sama Nadiem Makarim dan teman-temannya. Kemacetan Jakarta yang semakin memburuk membuat Nadiem Makarim berpikir orang-orang dan perusahaan berhak mendapatkan alternatif transportasi yang lebih cepat untuk kebutuhan transport dan logistik mereka.

GO-Jek lahir dari ide sang Managing Director yaitu Nadiem, seorang pengguna ojek, secara acak menanyakan para driver selama perjalanannya menggunakan ojek. Dia menemukan bahwa setiap ojek ada pangkalannya, bahkan berlaku sistem antre di masing-masing pangkalan mereka.
Setelah menanyakan apakah mereka ingin agar dirinya menciptakan suatu sistem pengiriman yang terpusat dengan menggunakan Google Maps untuk menghitung ongkos mereka dan memberikan mereka banyak pelanggan, maka lahirlah GO-Jek.

Media and Marketing Manager PT GO-Jek, Sam Diah, mengatakan tingginya permintaan masyarakat atas jasa transportasi yang mampu menembus kemacetan membuat perusahaan yang awal berdiri memiliki 200 armada, dalam dua tahun telah mampu merekrut tukang ojek baru sehingga menjadi 520 armada saat ini. Seluruh armada ini tersebar di sekitar 150 pangkalan ojek di seluruh wilayah Jakarta.

"Pelanggan terbanyak berada di kawasan Jakarta Selatan dan Pusat. Kami sering kewalahan memenuhi permintaan dengan armada yang ada saat ini," ujarnya saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Jumat (1/3) malam.

Besarnya potensi pasar untuk bisnis ini membuat banyak perusahaan serupa lahir setelah GO-Jek berdiri. Menurut Sam, kompetitor usaha membuat pihaknya terus mengembangkan inovasi dan perbaikan kinerja.
"Kami terus menyesuaikan pengantaran dengan permintaan pelanggan. Proses komunikasi juga akan semakin diperbaiki untuk memberikan kenyamanan kepada calon pelanggan," tuturnya.

Setiap usaha tentunya juga diikuti hambatan yang merintangi. Rencana ekspansi perusahaan terganjal oleh faktor non teknis seperti praktik mafia ojek yang terjadi di daerah BSD dan Tangerang. Sementara kesulitan di daerah Jakarta Timur dan Barat dikarenakan karakteristik masyarakatnya yang tidak terlalu akrab dengan moda transportasi ojek.

"Saat ini pelanggan sudah mencapai 150 orderan tiap harinya itu di luar korporate yang sudah bekerja sama dengan kita sekitar 40 an perusahaan," jelasnya.

Dari bisnis ini, terselip potensi dan peluang meraup keuntungan besar di masa mendatang. Selama Jakarta masih terjebak dalam permasalahan kemacetan, bisnis ini masih sangat potensial. Namun sayangnya, Sam enggan mengungkapkan berapa omzet yang diterima perusahaan hingga saat ini.
"Untuk angka kami belum dapat memberitahukannya saat ini," imbuhnya.

No comments:

Post a Comment