Pengusaha terkenal TOMMY WINATA melalui perusahaannya PT. Jembatan Selat Sunda (JSS) dipercayakan pemerintah untuk membangun jembatan SELAT SUNDA yang menghubungkan Provinsi Lampung dan Banten akan dimulai pada tahun 2014.
Pemerintah bekerja sama dengan grup milik pengusaha Tommy Winata dalam pembangunan Jembatan Selat Sunda.
"Yang
memprakarsai itu kelompoknya Pak TW (Tommy Winata). Apa namanya, saya
tidak tahu. BUMD Banten dan Lampung bergabung menjadi satu lalu bekerja
sama dengan swasta," kata Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto di
kantor Kementerian Perekonomian, hari ini.
Pemerintah meminta
perusahaan milik Tommy Winata untuk menyelesaikan studi kelayakan
ekonomi Jembatan Selat Sunda. "Pemrakarsa segera menyelesaikan studi
kelayakan dan diberi waktu 24 bulan harus selesai," katanya.
Permintaan
pemerintah sesuai perintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang akan
segera dibuatkan dalam keputusan presiden. Setelah studi kelayakan
rampung, pemerintah, Djoko mengatakan, akan membuka tendernya. "Itu
harus segera kami lelang tender investasinya," ujarnya.
Menurut
Djoko, meski perusahaan milik Tommy Winata berada dalam konsorsium
pembangunan Jembatan Selat Sunda, bukan berarti otomatis sebagai pihak
pelaksana. Perusahaan ini tetap harus mengikuti tender terlebih dulu.
"Dia nanti tender bersama dengan yang lain," katanya.
Meski
demikian, sebagai pemrakarsa, perusahaan Tommy memiliki keuntungan
preferensi 10 persen, yaitu bisa menang tender meski harga kemahalan
sebesar 10 persen ketimbang tender yang lain. Jika perusahaan Tommy
kalah tender, masih memiliki keuntungan lain. "Bisa memilih right to match yang mana," ujarnya.
Pembangunan
Jembatan Selat Sunda diperkirakan membutuhkan anggaran Rp 120 triliun.
Namun pemerintah berkomitmen tidak mengeluarkan dana. "Kami mengharapkan
tidak ada uang pemerintah sepeser pun yang keluar, itu harapan kami,"
kata Djoko.
KEPUTUSAN PEMERINTAH memilih PT. JSS
Keputusan tersebut keluar tidak lama setelah Menteri Keuangan Agus Martowardojo
terpilih menjadi calon Gubernur Bank Indonesia periode 2013-2018. Agus
Marto yang selama ini ngotot memperjuangkan agar ada peran pemerintah
dalam studi kelayakan, akan segera lengser dari kursi menkeu.
Selama ini, polemik mengenai kelangsungan proyek jembatan sepanjang 27,4 kilometer ini muncul antara Agus Marto dan Hatta Rajasa.
Di satu sisi, Hatta menginginkan agar FS proyek ini diserahkan
sepenuhnya ke swasta dengan catatan, pemerintah memberi jaminan proyek.
Di sisi lain, Agus Marto dengan alih-alih khawatir dan ingin lebih
hati-hati, meminta ada peran pemerintah dalam FS JSS. Pemerintah ikut
dalam pendanaan studi kelayakan. Alasannya agar pemerintah juga dapat
mengawasi jika terjadi potensi penyelewengan oleh pihak swasta. Agus
mengedepankan prinsip kehati-hatian karena mega proyek ini membutuhkan
dana yang sangat besar sekitar Rp 225 triliun.
Persiapan pembangunan proyek ini dimulai tahun ini hingga dua tahun
ke depan untuk studi kelayakan dan desain dasarnya. Targetnya,
konstruksi awal sudah mulai dilakukan pada 2015 dan memakan waktu 10
tahun. Dengan demikian, jembatan ini baru bisa beroperasi pada 2025
mendatang.
No comments:
Post a Comment