Pages

Monday 1 April 2013

KESEHATAN GRATIS -HANYA NYANYIAN KOTA DUNIA MAKASSAR

Makassar kota dunia adalah jargon atau tagline menjadikan ibukota propinsi Sulawesi Selatan menuju era GLOBALISASI.
Bukan sekedar tagline, tetapi ekmajuan kota ini begitu megah terlihat, tetapi tidak sinkron dengan pertumbuhan perekonomian kota Makassar

Ditengah hiruk pikuk kemewahan kota dan gemerlapnya kehidupan warga makassar,sebuah rumah tua yang sederhana berdiri ditengah-tengah himpitan bangunan bertingkat.

Bukan hanya rumah yang terhimpit tapi penghuni rumahpun terlihat berhimpitan,karena area rumah tidak seimbang lagi dengan penghuni yang ada didalamnya.

Rumah yang berada dijalan vetran selatan lorong 1 no.2 ini memang menyimpan cerita miris dan menyedihkan tentang kerasnya kehidupan.

Dirumah ini,setidaknya ada 3 KK yang bernaung didalamnya, termasuk Nurul bersama orang tuanya.
Keluarga ini tidak hanya kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari tapi juga harus berjuang untuk menanggung pengobatan Nurul yang menderita lumpuhlayu.

Bocah perempuan berusia 4 tahun ini menderita lumpuhlayu sejak lahir. Akibatnya tidak bisa hidup normal seperti anak-anak pada umumnya. Keluarga Nurulpun harus berjibaku mencari uang tambahan untuk sang buah hati.
Pemerintah yang memberikan kesehatan gratis tidak bisa lagi diandalkan. Pasalnya Nurul hanya diberikan pelayanan posyandu gratis termasuk bantuan susu kaleng dan bubur seharga Rp.16 ribu tiap bulannya. Selebihnya kedua orang tua Nurul harus berusaha sendiri.

Jumiati nenek dari Nurul mengatakan bahwa mereka sudah berusaha membawa kerumah sakit agar cucunya dapat perawatan,tapi karena alasan biaya,akhirnya mereka memilih merawat sendiri.

"Sudah pernah dibawa kerumah sakit,cuma mahalki jadi dibawa pulang," ujarnya.

Jumiati mengaku tidak terlalu mengerti untuk mendapatkan pelayanan gratis karena terlalu banyak syaratnya.
Belum lagi,ayahnya yang hanya seorang buruh parkir tidak memiliki uang lebih untuk membawa anaknya kerumah sakit yang bisa memberikan pelayanan yang lebih baik.

Akhirnya keluarga ini hanya pasrah dan memberikan pengobatan sesuai dengan kemampuan mereka. Menyedihkannya lagi,tak seorangpun pejabat yang mengetahui tentang penderitaan dari Nurul ini.

Nurul yang sejak lahir tidak memiliki tulang lahir hanya bisa menatap langit-langit atap rumahnya dalam pangkuan neneknya selalu setiap menjaganya.

No comments:

Post a Comment