Pages

Wednesday 3 April 2013

KADER DEMOKRAT GILA JABATAN

Siapa yang tidak mau JABATAN ? Apalagi dengan posisi strategis dan mempunyai pengaruh yang kuat, tapi hal ini cenderung membuat dunia perpolitikan Indonesia makin memanas. Demokrat partai baru yang sudah membuat negeri ini carut marut selama 4 tahun belakangan terakhir.

Hampir semua event, Kader Demokrat terlihat eksis, dimulai dari DEWAN  PEMBINAnya sampai ke akalangan akar rumputnya.Bukan hal biasa akalau eksis positif, tetapi hampir disetiap pemberitaan memuat kecendrungan negatif PARTAI DEMOKRAT.

Dimulai tahun 2009, terpilihnya Soesilo Bambang Yudhoyono membuat negeri ini dipenuhi kader-kader Demokrat, dimulai dari Presiden, Menteri bahkan kekalangan pejabat struktural.Sebut saja Syarief Hasan, Marzuki Alie,Mallarangeng, E.E Mangindaan, Bukan hanya itu, didaerah pun merambah akan kepentingan partai BIRU.

Tudingan yang dilontarkan bekas Komandan Pusat Polimi Militer (Danpuspom), Mayjen (Purn) Syamsu Djalal bahwa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) serakah karena merangkap jabatan di partai dan pemerintahan, membuat kader Partai Demokrat (PD) gerah. Sebab, tudingan itu dianggap tendensius dan tidak beretika.


Ketua DPP Partai Demokrat, Didik Mukrianto menyatakan bahwa tudingan yang dilontarkan Syamsu itu sudah terlalu berlebihan. "Tidak usah mengada-ada menyebut fokus SBY sebagai kepala negara dan pemerintahan terganggu karena ditetapkan menjadi Ketua Umum PD," kata Didik di Jakarta

Menurutnya, SBY dengan sikap terbuka menerima penetapan sebagai Ketua Umum PD sebagaimana aspirasi kader. Namun, kata Didik, teknis operasional partai justru diserahkan SBY ke Ketua Harian, Wakil Ketua Majelis Tinggi dan Wakil Ketua Dewan Pembina.

Didik pun mengingatkan bahwa keputusan SBY bersedia ditetapkan sebagai Ketua Umum PD dalam rangka penyelamatan partai pemenang Pemilu 2009 yang terus terperosok elaktabilitasnya itu. "Ini adalah proses yang terhormat, karena harapan seluruh kader dan masyrakat yang telah memberikan kepercayaan kepada PD agar tetap dijaga dan diperjuangkan sebagai bentuk pengejawantahan sistem demokrasi Pancasila," tegasnya.

Didik menegaskan, konsentrasi SBY sebagai presiden juga tak terganggu dengan urusan di PD. Ia mencontohkan respon SBY dalam sejumlah kasus kekerasan yang menyita perhatian publik. "Sebaiknya para elit bersikap jujur dan terbuka sebagaimana telah diteladankan oleh SBY dalam mengurus negeri ini," tegasnya.

Diberitakan sebelumnya, Syamdu menyatakan bahwa SBY terlalu serakah dengan jabatan. Bagi Syamsu, seorang presiden tak perlu dobel jabatan sebagai ketua umum partai sebab tugas utamanya adalah mengabdi pada rakyat

PENJILAT DALAM TUBUH DEMOKRAT

Kecuali para penjilat yang berharap menangguk keuntungan, tidak ada yang enak hati, menerima SBY menjadi ketua umum Partai Demokrat dalam kongres di Bali, Sabtu (29/3) lalu. Perhatikan suasana kongres yang dilaporkan secara langsung televisi: tidak ada tepuk tangan membahana, tidak ada yel-yel penuh semangat. Semua menunjukkan wajah tertekan, seakan malu dengan apa yang sedang terjadi.

Kecuali para penjilat yang takut kehilangan posisi, tidak ada yang berkata meyakinkan bahwa SBY adalah pilihan terbaik bagi masa depan Partai Demokrat. Mereka bersuara lirih dan tersendat, bahwa SBY adalah pilihan terakhir. Sambil mengatakan, partai ini akan bubar jika tidak diambilbalih langsung oleh SBY, tanpa mengetahui siapa-siapa yang kuasa membubarkan partai.

Kecuali para penjilat yang merasa nyaman berada di dalam lindungan SBY, tidak ada yang berterus terang bahwa SBY adalah pilihan nurani. Mereka berkalkulasi tentang pemilu dan nasibnya sendiri: kebijakan KPU, langkah-langkah partai kompetitor, dan perilaku pemilih. Seakan mereka semua menjadi ahli strategi pemilu, sekadar membenarkan SBY yang paling bisa menghadapi.

Partai Demokrat memang partainya SBY dan keluarga. Mereka yang membidani, melahirkan, merawat, dan membesarkan. Dalam waktu singkat, partai ini telah sampai pada tujuan pembentukannya: mengantarkan SBY sebagai presiden.

Dari mata awam, pilihan SBY sungguh tidak masuk akal. Apalagi hampir pasti, meski dia pimpin sendiri, Demokrat takkan menang pemilu lagi. Partai ini sudah demikian terpuruk akibat pengurusnya terlibat berbagai skandal korupsi. Apakah SBY yakin Demokrat tetap bisa jadi kendaraan politik efektif di masa depan?

Lantas kendaraan politik siapa? Sudah banyak yang menjawab: keluarga! Kalau SBY tidak punya kepentingan menjaga masa depan politik keluarga, pasti dia akan merelakan Demokrat dipimpin oleh orang lain. Di sinilah kepentingan SBY bersekutu dengan kepentingan para penjilat. Memang dalam kultur fans club, mental penjilat lebih dominan daripada daya kritis, apalagi daya juang.

No comments:

Post a Comment