Pages

Tuesday 19 March 2013

LIONKU SAYANG, LIONKU MALANG !!!!

Prancis mengumumkan bahwa maskapai penerbangan berbiaya murah Indonesia, Lion Air, memecahkan rekor dengan memesan 234 pesawat jet penumpang dari Airbus.
Kantor kepresidenan Prancis mengatakan bahwa perjanjian dengan Lion Air, yang bernilai US$23,8 miliar, adalah yang terbesar dalam sejarah Airbus.
Berdasarkan kesepakatan ini Airbus akan memasok jet A320 dan A321 yang banyak dimanfaatkan di jalur-jalur menengah.

Lion Air berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan makin besar pasar penerbangan di Indonesia, negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia.Maskapai ini didirikan pada 1999 dengan modal satu pesawat.Lion Air saat ini mengoperasikan 92 pesawat, 91 di antaranya buatan Boeing dan satu lagi buatan McDonnell Douglas.

Perlu ratusan pesawat

Lion Air melayani 72 tujuan, sebagian besar di Indonesia, selain juga terbang ke Arab Saudi.Sebelum memesan pesawat jet buatan Airbus, senilai US$22,4 miliar pada 2011.Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, hadir langsung dalam penandatanganan kerja sama dengan Boeing tersebut.

Ekspansi Lion Air, menurut para pengamat, didukung oleh situasi pasar penerbangan domestik dan regional.
"Mereka melihat naiknya permintaan di pasar di dalam negeri," kata Brendan Sobie dari Pusat Penerbangan Asia Pasifik di Singapura, seperti dikutip kantor berita AFP.

"Bila melihat proyeksi pertumbuhan di Indonesia, Lion Air butuh beberapa ratus pesawat, dengan catatan pertumbuhan pasar penerbangan bisa dipertahankan," kata Sobie.

Hengkang ke Malaysia
 
PT Lion Mentari Airlines ( Lion Air ) membatalkan pembangunan bengkel perawatan pesawat terbang di Manado, Sulawesi Utara. Alasannya, Lion Air tidak bisa memenuhi keinginan PT Angkasa Pura (AP) I yang meminta kepemilikan saham mayoritas di bengkel tersebut.

Lion Air  malah berencana memindahkan proyek tersebut ke Johor Baru, Malaysia. Sebab, ada tawaran yang lebih menarik dari Malaysia sehingga perusahaan tersebut akan memindahkan hanggar dengan investasi paling tidak US$ 30 juta ke Johor Baru.

Presiden Direktur Lion Air, Rusdi Kirana mengatakan, sebenarnya untuk pembangunan hanggar tersebut,  Lion Air sudah membeli tanah seluas 12 hektare (ha) di sebelah Bandara Sam Ratulangi Manado. Lion Air juga telah membebaskan tanah dari masyarakat untuk pembangunan jalan raya. Bahkan peresmian dan peletakan batu pertama juga sudah dilakukan.

Masih menurut Rusdi, rencana awal pembangunan hanggar di Manado dua tahun lalu tidak terlepas dari program pemerintah mendorong investor ke Indonesia Timur. Dan Lion, telah mendapatkan izin dari Gubernur Sulawesi Utara serta menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan AP I. "Kerugian akibat pembatalan itu sekitar Rp 7 miliar," ungkap Rusdi akhir pekan kemarin.

Pembangunan hanggar itu rencananya juga diikuti dengan menjadikan Manado sebagai hub penerbangan dari Manado ke Jepang, China, Korea dan Taiwan. Sayang, kata Rusdi, belakangan AP I sebagai pengelola bandara, meminta kepemilikan saham 51%. Lion Air keberatan dengan permintaan tersebut sehingga terpaksa membatalkan rencana tersebut.

Pasca pembatalan tersebut, Rusdi mengaku mendapatkan tawaran lahan untuk pembangunan hangar di Johor Baru, Malaysia. Di sana, mereka mendapatkan lahan seluas 2,5 hektare (ha) di kawasan ekonomi khusus untuk industri dengan teknologi tinggi. Tarif sewa yang ditawarkan senilai US$ 3.600 per bulan. Selanjutnya, setelah 10 tahun pemanfaatan, lahan itu akan menjadi hak milik Lion Air

No comments:

Post a Comment