Pages

Monday 18 March 2013

Indonesia my Lovely Country

Saat ini saya lagi diluar, tiap kali ketemu orang, pasti nebaknya kalau ga orang malaysia – kamboja kalau engga jauh ke latin Amerika. Tapi kalau ada pertanyaan itu saya selalu lantang menjawab “saya dari Indonesia looh”.. awalnya ringan banget dengan jawaban itu, tapi tinggal di sini selama ini bikin saya makin lama makin agak berat menjawabnya.

kenapa?

karena orang disini selalu membalas jawaban saya dengan :
“wah hebat ya, indonesia ekonominya kan lagi naik”
atau
“eh, banyak miliuner… …di indonesia ya?”

Kalau ditanya begitu saya biasanya bingung. saya mesti jawab apa ya? Saya tau bahwa negara saya kaya. Kaya budaya, kaya dengan hasil alam, tapi kalau tolak ukurnya ekonomi…….

Saya bukan orang yang mengerti masalah kenegaraan atau perekonomian atau apalah ya itu namanya. Tapi saya juga bukan berarti nggak peduli. Sampai saat ini cita-cita saya masih membangkitkan untuk usaha menengah kebawah, tapi memang juga masih cita-cita sih.. Tapi anyway, kalau saya dihadapkan dengan pernyataan pernyataan tadi, saya harus jawab apa ya?

Saya lahir dari keluarga yang nggak kaya, uang sekolah saya dan adik-adik saya aja usaha dari sana sini gimana caranya biar bisa sekolah gratis. Saya bukan orang susah juga sih, alhamdulillahnya saya masih bisa makan 3 kali sehari dan hang out kalau wiken. Tapi saya juga bukan orang semampu itu juga, buktinya ibu saya yang sudah seharusnya menikmati hasil jerih kerjanya bertahun-tahun masih harus sekolah demi perpanjangan status pegawai negrinya. Kalau harus pensiun dini, adik saya bisa-bisa nggak sekolah.

Itu baru keluarga saya, belum lagi masalah yang ada di sekitarnya. Banyak keluarga yang saya tau – hanya makan 2 kali sehari. Saya pernah tinggal di sebuah keluarga yang makannya aja harus nunggu sisa dari majikannya. Kadang malah sisa nasi majikannya – atau kerokan sisa di rice cooker yang udah kering, dijadikan renginang – demi bisa makan.

Semua juga pasti tau cerita anak-anak pulau yang kalau mau sekolah aja harus manjat atau nyebrangin tali jembatan dulu. Belum lagi soal mereka yang kurang gizi? Atau ini deh yang paling hangat, yang baruuu aja hari ini terjadi, demo buruh – karena UMR yang terlalu rendah, dan mereka nuntut kenaikan.
hm..

Satu hal sih yang ada di pikiran saya. Apa ya rasanya masuk daftar 10 besar miliuner Indonesia tapi dengan keadaan negara yang sebegininya?

Kalau ada yang nyalahin negara atau pemimpinnya, saya sih nggak ikutan ya. Saya sih nggak nyalahin siapa-siapa. Kadang dengan kritikan seperti ini, banyak orang yang juga menjawab dengan “looh, saya kaya raya kan karena saya berusaha!” atau “saya kerja loh” atau “ini kan jerih payah saya? masa lo ngiri?!” Tapi sadar nggak sih, bahwa jawaban itu adalah jawaban paling egois sedunia?. Banyak dari mereka yang berusaha mati-matian tapi gajinya bahkan nggak cukup buat makan. Banyak dari mereka yang lerja lembur seperti sapi perah tapi boro-boro di bayar sepadan, malah di caci atau di potong gaji kalau nggak sengaja terlambat. ang seperti itu apa namanya bukan jerih payahkah?

Kalau menurut saya itu adalah karena kesempatan. Memang sih, semua juga Tuhan yang mengatur, Rejeki.. Tapi, andai mereka yang mampu ini juga ikut menjadi tangan Tuhan untuk membantu. Zakat misalnya? atau anak asuh? adik asuh? siapa tau kita bisa ikut bantu betulin negara. Nggak cuma nunggu pemerintah. Kalau cuman nunggu tanpa usaha, mau rezim ganti sejuta kali, mau pemimpinnya sebagus apapun, sepertinya kelamaan juga nunggunya.

Indonesia my lovely country,..bener ga pak Presiden ????

No comments:

Post a Comment