Pages

Friday 3 May 2013

Siapakah Pendamping Supomo dalam Pilwali Makassar..... ?


Ketua DPD I Partai Golkar Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo, meragukan kekuatan partainya bisa memenangkan Pilwali Makassar, 18 September nanti, jika tidak menemukan pasangan yang tepat untuk Supomo Guntur. Ia menyatakan, pendamping Supomo harus melalui mekanisme, karena berpotensi mengganggu soliditas partai.

"Kami berharap siapapun yang menjadi pendamping Supomo harus berdasarkan aturan main seperti yang diatur AD/ART. Kalau tidak, yakinlah Golkar tidak akan solid meraih suara terbanyak dan sulit untuk memenangkan pilwali," tegas SYL, Kamis (2/5). 
Sejauh ini tiga nama berpeluang mendampingi Supomo. Mereka adalah Andi Yagkin Padjalangi, HA Kadir Halid dan Farouk M Betta. 
Pertarungan dukungan pun mulai terpetakan diantara tiga kandidat wakil walikota. Korwil Golkar Sulawesi HAM Nurdin Halid tentu lebih condong mendukung adiknya HA Kadir Halid, Syahrul Yasin Limpo terlihat selalu dekat dengan Andi Yagkin Padjalangi sementara Supomo lebih dekat memilih Farouk M Betta. 
Belakangan, tarik ulur di DPP mulai mengerucut. Nama Yagkin sepertinya sulit, mengingat dalam politik dinasti, kakak kandung pria berkacamata ini, Andi Fahsar Padjalangi sudah diantara Partai Golkar memenangkan pemilukada Bone, Februari lalu.
Kemenangan Fahsar tak lepas dari perjuangan HM Nurdin Halid, yang notabene kakak kandung Kadir Halid. 

Sementara itu menurut sumber dari FABI, duet yang akan diusung partai Golkar semakin mengarah ke  Supomo-Kadir. Dan ini tentu saja menjadikan gabungan kekuatan dari golkar ini menjadi lawan yang cukup berat dari usungan calon walikota lainnya. "Duet maut, dan apabila dapat meningkatkan soliditas pendukung keduanya, potensi kemenangan akan diraih pasangan tersebut."

Pengamat politik Unhas Dr Adi Suryadi Culla,  berpendapat, keraguan SYL patut menjadi warning bagi Partai Golkar. Adi menilai DPP perlu mempertimbangkan resistensi tiga figur kandidat wakil walikota yang menguat di internal partai beringin rindang itu.
Jika ini diabaikan maka Golkar telah melakukan blunder politik dan berpotensi melemahkan perjuangan kandidat yang diusung saat berkompetisi di pilwali. 
"Dua hal yang mesti jadi alat ukur dalam menilai yakni resistensi figur di internal partai dan resistensi figur di publik. Golkar sebaiknya memilih kader yang resistensinya paling rendah," ujar Adi.
Menurutnya, resistensi di internal partai akan mengganggu stabilitas di tingkat kader yang ujung-ujungnya berdampak pada tidak maksimalnya mesin partai dalam bekerja.
"Jadi perlu dilihat siapa dari ketiganya yang tidak terlalu menimbulkan penolakan di internal partai," tuturnya.
Resistensi publik, dijelaskan Adi adalah rekam jejak ketiga kader Golkar di mata publik. "Kalau rekam jejaknya buruk di mata publik, itu akan membuka ruang untuk diserang rival-rivalnya, dan malah rival justru gampang menjatuhkan citra kandidat yang diusung Golkar," paparnya.
Menurutnya, reputasi kandidat wakil walikota selama menjabat wakil rakyat di DPR perlu menjadi pertimbangan DPP dalam menentukan pendamping Supomo. Terlebih karena Supomo mengusung tagline "Supomo Clean" yang berarti bersih dari kasus korupsi.
"Melalui rekam jejak, bisa dipahami seberapa jauh legitimasi politik publik setelah ada keputusan Golkar. Olehnya butuh kearifan internal Golkar dalam menilai rekam jejak itu," paparnya.
Menurutnya, survei kader tidak bisa menjadi ukuran rekam jejak. Sebab rekam jejak terkait dengan reputasi/kredibilitas, bukan elektabilitas.
Seperti diketahui, Korwil Makassar DPD I Partai Golkar Sulsel, Andi Yagkin Padjalangi, pernah disebut-sebut dalam kasus dana bantuan sosial (bansos), bersama dengan sejumlah rekannya di DPR, seperti Adil Patu, dan Andry Suryana Arief Bulu.
Apa itu berarti memuluskan langkah Farouk dan Kadir mendampingi Supomo sekaligus menyingkirkan Yagkin dalam bursa perebutan tiket wakil walikota dari Golkar? "Belum tentu. Seperti saya katakan tadi, Golkar harus menelaah resistensi ketiga figur kandidat wakil, termasuk Aru," tandasnya. 
Korwil DPP Partai Golkar Wilayah Sulawesi, Nurdin Halid, mengatakan sebaiknya tak memaksakan kehendak memasangkan Supomo-Kadir jika memang resistensi Kadir di internal partai cukup tinggi.
"Jangan sampai ada pemaksaan dari kelompok elit tertentu yang menguat secara oligarki. Itu bisa jadi bumerang bagi Golkar," paparnya.

sumber: http://www.beritakotamakassar.com/index.php/topik-utama-hari-ini/5191--syl-ragu-supomo-menang.html
Auditor FABI

No comments:

Post a Comment