Pages

Tuesday 21 May 2013

Siap(a) Menang-Siap(a) Kalah...dalam PILGUB JATENG


Politik adalah perpaduan kemampuan kalkulatif dan kenekatan yang spekulatif. Kedua aspek tersebut ada dalam arena politik. Rasionalisasi yang bersifat kalkulasi yang penuh dengan pertimbangan rasional mesti diperlukan oleh setiap calon. Tujuannya mengukur kapasitas personal, modal sosial dan kemampuan finansial untuk melakukan sosialisasi politik.
Sedangkan kemampuan spekulatif juga mesti diperlukan untuk berani menebar janji, kontrak politik, kemampuan kreativitas melakukan kampanye politik, keberanian mengeluarkan cost politic bagi sosialisasi personal ataupun program pasangan. Serta berbagai hal lainya yang merupakan konsekuensi corak demokrasi populistik yang kini di praktekkan di Indonesia.
Hal-hal tersebut diatas dapat kita jumpai dalam prosesi pelaksanaan PILGUB Jawa Tengah yang akan diselenggarakan pada 26 Mei nanti. 3 Calon yang berlaga, masing-masing dikawal oleh elite tertinggi yang mengusungnya dalam pelaksanaan kampanye. Pertaruhan tingkat tinggi, mengingat Jawa Tengah sebagai barometer politik nasional. Setelah DKI, Jawa Barat dan BALI, uji nyali para elite jelang PILPRES 2014 dilakukan dalam PILGUB JATENG. Pemilih yang semakin cerdas kemungkinan sedikit terhibur dengan kejadian awal jelang dimulainya kampanye. Hal ini dikarenakan peristiwa di atas jembatan penyeberangan di kawasan Museum Radya Pustaka, tiga pasang calon pemimpin Jateng, yakni Hadi Prabowo-Don Murdono, Bibit Waluyo-Sudijono Sastroatmodjo, dan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko, berangkulan. Mereka menyatakan siap menang dan kalah. Dan kenyataannya dalam proses kampanye hingga sekarang "perang kampanye" cukup kondusif dan wajar wajar saja. 
Sebaliknya kemungkinan besar para elite yang turun gunung dan terlibat langsung dalam kampanye ini, betul-betul tidak mau menyia-nyiakan moment ini. Megawati tidak mau kecolongan seperti dalam PILGUB BALI yang lalu. Kemenangan di PilGub DKI, belum bisa terulang di pilgub JABAR dan di pilgub Bali walaupun masih belum final sepertinya PDIP menunggu keajaiban. Seperti yang disampaikan dalam kampanye di Jateng, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri menyatakan praktek politik uang marak dalam pemilihan gubernur Bali. "Sekarang politik uang itu Rp 300 ribu per orang lho di Bali," kata Megawati. Dia mengklaim jago PDIP dalam pemilihan gubernur di Bali seharusnya bisa menang telak karena daerah itu merupakan basis partainya. Tapi, menurut Mega, rakyat ternyata goyah dengan iming-iming uang yang dilakukan calon lain. "Awalnya Rp 50 ribu. Tapi kemudian Rp 300 ribu akhirnya takluk."
Mega menyalahkan rakyat yang masih mau menerima uang politik. "Saya sampai sedih karena rakyat jadi seperti itu. Kemana kehormatan dan harga diri kita," kata Mega. 
Akhirnya, rakyat yang akan memilih. Golput-pun dapat mengerti siapa yang pas menjadi pemimpin.  Siapa curang belum tentu menang. Menabur 'uang'-pun tak pasti menang.... Hanyalah sebuah pesta demokrasi... Siap(a) Menang-Siap(a) Kalah....

No comments:

Post a Comment