Pages

Thursday 13 June 2013

Semua jenderal bintang tiga pantas menjadi orang nomor satu di kepolisian

Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo akan memasuki masa pensiun pada Januari 2014 mendatang. Namun isue pergantian Kapolri sudah merebak dari april yang lalu.
Ali-alih agar proses pengamanan terhadap penyelenggaraan pemilu bisa berjalan lancar, pergantiannya dipercepat.
Didahului dengan mutasi 11 Kapolda yang tidak terlalu mengejutkan. Wajar agar maping pengamanan persiapan Pemilu 2014 lebih siap sedini mungkin, mengingat konstalasi jelang pemilu 2014 yang semakin panas.

Kapolri Jenderal Timur Pradopo menegaskan, penggantinya nanti tergantung keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menurut Timur, semua jenderal bintang tiga pantas menjadi orang nomor satu di kepolisian. Timur Pradopo mengatakan, meski beredar beberapa nama yang diunggulkan untuk menjadi Kapolri, keputusan ada di tangan Presiden SBY

Pengganti Kapolri ataupun Wakapolri bisa lebih baik dari saat ini. Para calon pengganti nantinya adalah para perwira tinggi polisi yang berasal dari bintang tiga yang saat ini sedang menjabat.

Semua jelas, bintang tiga ada 5 orang, bintang dua yang junior ada juga. Karena gak mungkin bintang dua senior jadi calon. Misalnya ada bintang dua Kapolda '78 ya tidak mungkin lagi karena sudah pensiunlah. Yang bintang dua junior masih panjang waktunya.

Berikut jenderal bintang tiga atau Komisaris Jenderal yang masuk dalam bursa calon Kapolri. Selain menyandang tiga bintang di pundak, mereka  layak masuk karena  memiliki sisa jenjang karir minimal 2 tahun dari batas usia pensiun di Polri, 58 tahun.

1. Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Anang Iskandar
Komjen Pol Anang Iskandar, sekarang menjabat Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) disebut-sebut menjadi calon kuat  pengganti Kapolri Jenderal Timur Pradopo. Pria kelahiran Mojokerto, Jawa Timur, 18 Mei 1958, itu adalah perwira tinggi  aktif angkatan 1983. 
Karir Anang lumayan cepat. Hanya dua bulan menjabat orang nomor satu di Akademi Kepolisian, Anang kembali dimutasi, dan  kini dipromosikan menjadi kepala pelaksana harian (Kalakhar) Badan Narkotika Nasional menggantikan Komjen Gories Mere.
Sebelum menjabat sebagai Kepala BNN, Anang sempat menjabat sebagai Kapolres Blitar, Kapolres Kediri, Kepala SPN Mojokerto  Polda Jatim, Kepala SPN Lido Polda Metro Jaya, dan Kapolwiltabes Surabaya. 
Dia juga pernah menjabat Direktur Advokasi Deputi bidang Pencegahan BNN, Kapolda Jambi (2011), Kepala Divisi Humas Polri,  Juni-September 2012, Gubernur Akpol, September-Desember 2012, dan menjabat Kepala BNN mulai 11 Desember 2012- sekarang.

2.Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian Komjen Budi Gunawan
Budi Gunawan adalah perwira tinggi polri Angkatan 1983. Kini dia menjabat sebagai Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian.? Sebelum itu secara berturut-turut ia pernah bertugas sebagai Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri, Kepala? Divisi Hukum Polri, Kapolda Jambi, Kepala Selapa Polri.
Dia juga pernah menjabat sebagai Kapolda Bali. Bahkan pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri, Budi Gunawan pernah menjabat sebagai ajudan presiden.
Tahun 2006 Budi pernah bertugas di bagian pendidikan Polri sebagai Kepala Selapa Polri. Semasa Budi Gunawan menjadi Kepala Selapa Polri, Budi melakukan banyak perubahan yang sangat positif dan signifikan untuk perkembangan pendidikan Polri di Selapa.
Budi berhasil mendirikan Selapa Knowlegde Centre (SKC) pada tanggal 18 Desember 2006. SKC adalah perpustakaan digital? modern dan “canggih” untuk para perwira polisi yang menjadi siswa Selapa. Perpustakaan itu juga dapat dikunjungi oleh? masyarakat umum.
Budi termasuk yang santer disebut-sebut sebagai salah satu pati pemilik rekening gendut. Tetapi dalam beberapa kesempatan? Mabes Polri selalu mengatakan bahwa kepemilikan rekening gendut tersebut sudah diproses dan tidak ada masalah.

3. Kabareskrim Komjen Pol Sutarman
Komjen Pol Drs Sutarman adalah alumni Akpol 1981. Dia merupakan Kabareskrim Mabes Polri yang aktif sejak 6 Juli 2011. Dia diangkat sebagai orang nomor satu di Bareskrim untuk menggantikan Ito Sumardi Ds yang telah memasuki masa pensiun.
Sutarman tercatat pernah menduduki sejumlah jabatan penting di sepanjang karirnya. Pada tahun 2000, dia adalah Ajudan Presiden RI pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid. Kemudian pada akhir 2004, dia pernah menjabat sebagai Kapolwiltabes Surabaya, dan kemudian berturut-turut menjabat sebagai Kapolda Kepri, Kaselapa Lemdiklat Polri. Setelah menjabat sebagai Kaselapa Lemdiklat Polri, Sutarman lalu menjabat sebagai Kapolda Jawa Barat pada masa jabatan 23 Juni 2010 hingga 4 Oktober 2010. Ia menggantikan Irjen Pol Timur Pradopo. 
Setelah lepas jabatan sebagai Kapolda Jawa Barat dan digantikan oleh Irjen Pol H Suparni Parto, Sutarman kemudian menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya.
Pada 2011, setelah melalui proses penyaringan, jabatan Kabareskrim Mabes Polri ditentukan dan posisi penting itu akhirnya diduduki oleh Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Sutarman. Ada keunikan dalam sejarah karir Jenderal bintang tiga ini. Sutarman pernah menggantikan Timur Pradopo (yang kini adalah Kapolri) di dua tempat yang berbeda, yakni Polda Jabar dan Polda Metro Jaya. Mungkinkah dia kembali menggantikan Timur Pradopo?

Monday 10 June 2013

Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.


NEGARA ini tidak hanya miskin dalam arti sesungguhnya, tetapi juga miskin negarawan. Sudah lama anak bangsa merindukan negarawan yang memiliki obsesi besar bagaimana mengelola negara dengan penuh kewibawaan dan kebijaksanaan. Negarawan melahirkan pikiran-pikiran besar, memiliki kearifan yang melampaui kepentingan sempit, bahkan sering menemukan terobosan keputusan yang menyangkut kehidupan bernegara yang menguakkan harapan bahwa bangsa ini masih punya masa depan.
Tidak ada musuh abadi bila selalu mengedepankan kesatuan dan persatuan anak bangsa ketimbang kepentingan pribadi. 
Dinamika demokrasi dalam reformasi yang belum berujung ini, sudah selayaknya membuat semua elite negeri bersatu, setajam apa pun perbedaan yang terjadi di antara mereka.

Demikian hikmah yang dirasakan anak bangsa saat ini, dengan meninggalnya Ketua MPR RI,  Taufiq Kiemas  di sebuah rumah sakit di Singapura, Sabtu (8/6/2013) malam.  Almarhum sebagai salah satu tokoh politik dari PDIP banyak memberi warna dunia perpolitikan Indonesia khususnya sejak 2004. 
Almarhum Taufik Kiemas dikenal oleh kawan dan lawan politiknya sebagai tokoh yang fleksibel dan pemersatu. Beliau dianggap  sebagai jangkar pemersatu bangsa karena sikap-sikap politiknya yang luwes dan selalu mempersatukan para pihak yang berseteru. 
Sadar atau tidak sadar, anak bangsa cukup terinspirasi dari tauladan seorang negarawan Taufik Kiemas. Perbincangan, kesan dan pesan serta apa yang telah dilakukan beliau menghiasi media dan menjadi perbincangan semua elemen masyarakat. 

Taufik Kiemas  tampil sebagai penengah ketika hubungan  Mega dan Gus Dur memanas saat  PDIP menang pemilu tahun 1999, namun Megawati justru gagal menjadi presiden. Pemilihan Gus Dur sebagai presiden  memecah pertemanan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu dengan Megawati. Padahal sebelumnya mereka berdua bahu-membahu bersama menggerakkan reformasi.
Namun Taufiq Kiemas tampil sebagai penengah dan menganjurkan agar Mega menerima tawaran  kursi wakil presiden dengan alasan apabila tawaran tersebut  tak diambil Megawati, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang saat itu dipanglimai Wiranto kemungkinan besar akan mengisinya.

Taufik Kiemas juga menjadi tokoh perantara hubungan antara Mega dan SBY yang sejak dulu sudah dingin, posisi Taufiq sebagai Ketua MPR di kemudian hari mempermudah dia menjalin komunikasi dengan rival politiknya itu. Taufiq dan SBY kerap bertemu dalam acara kenegaraan. Taufiq bahkan pernah mengunjungi SBY di luar kapasitasnya sebagai Ketua MPR.
SBY pun menjaga hubungan baik dengan Taufiq. Saat Taufiq Kiemas menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Trisakti, SBY hadir di sana. Maka dalam pemakaman Taufiq di Kalibata, SBY memuji almarhum sebagai sosok konsiliator. “Mari kita beri penghormatan tinggi atas darma bakti almarhum,” kata SBY.

Sikap Politik Almarhum yang fleksibel dan lebih mengutamakan persatuan dan perdamaian diantara kelompok dan tokoh-tokoh yang berseteru merupakan sikap berpolitik yang layak ditiru oleh bangsa ini kedepan.
Bahkan sebelum menhembuskan napas terakhirnya, Taufiq Kiemas meninggalkan  pesan khusus kepada Politisi senior PDI Perjuangan, Pramono Anung, yang ikut mendampingi detik-detik akhir Kiemas di Singapura agar  semua pihak mewujudkan perdamaian.
“Beliau sampaikan bahwa kita harus bisa berdamai dengan semua orang, termasuk dengan pemerintahan yang ada,” beber Pramono menirukan ucapan  Kiemas yang saat itu didampingi Megawati Soekarnoputri, putra-putri dan cucu-cucunya di rumah sakit Singapura.
Pramono  mengaku selalu dinasihati Kiemas agar DPR tak selalu berbeda dengan pemerintah. “Beliau ini karakternya selalu mengajak damai, duduk bersama,” katanya.

2014 tinggal menunggu waktu, akankah sikap kenegarawan elite politik saat ini dapat "memusyawarahkan" dan mendinginkan kepentingan kelompok untuk 2014 yang lebih baik....?  Hanya waktu yang bisa menjawab. Sementara ini hanya tiga parpol yang terlihat akan kuat pada 2014, Golkar, PDIP dan Gerindra. ARB mulai menguat dengan iklan-iklannya, hanya hambatan Lapindo apabila diselesaikan menjelang 2014, bukan tidak mungkin ARB akan menjadi petarung first class. Prabowo elektabilitasnya, baik dirinya maupun Gerindra, terus membaik. Apabila Gerindra pada pemilu 2014 mampu menjadi parpol papan atas, maka Prabowo bisa menjadi calon alternatif kuat, akan menjadi palingan arah konstituen menggantikan SBY, judulnya perubahan dari Jenderal ragu ke Jenderal berani dan tegas, kira-kira begitu.
Dan yang sangat menarik, elektabilitas PDIP yang terus membaik dan masih bertahannya elektabilitas Ibu Mega. Dengan ketidak beradaan Taufiq Kiemas, nampaknya peluang Partai Demokrat untuk berkoalisi dengan PDIP akan mengecil. PDIP kini menjadi parpol berpeluang terbesar untuk menjadi penguasa, mempunyai dua calon presiden, Mega dan Jokowi. Daya tarik Jokowi kini jelas terus naik,  dipantau ketat oleh Ketua Umum PDIP. 
Selamat Jalan Bapak Taufik Kiemas, Segala perjuangan dan cita2 mu akan diteruskan oleh Anak Bangsa Indonesia. Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.